Pekerjaan Dunia Yang Bernilai Langit

0
991
Bernilai langit

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh, sebelum coretan kami yang membahas tentang sebuah Pekerjaan Dunia Yang Bernilai Langit, marilah kita sama-sama mensyukuri atas semuah anugrah yang telah Allah berikan kepada kita semua.


Ketulusan (Ikhlas) adalah kunci untuk melipat gandakan kebaikan dan memperluas maslahat, kita dapat merasakan perbedaan bekerja bersama dengan mereka yang tulus dan tidak terutama ketika menemukan masalah.

Mereka yang tulus akan melewatinya dengan lapang dada, “Ketulusan bukan investasi untung rugi”, buku Built to bless menegaskan, “ketulusan adalah symbol memberi tanpa ada motivasi lain selain kasih dan melihat kebahagiaan pada yang diberi, ia tidak perlu memerlukan pujian, karena bukan dasar itu yang yang membuat ia bergerak. Tulus artinya bersih, murni, tanpa kontaminasi.”

Sebagaimana juga analogi ikhlas yang digambarkan oleh Dr. Quraish Shihab layaknya sebuah gelas yang penuh air putih. Begitulah hati seorang yang ikhlas, tak sedikitpun ada pada gelas itu selain air putih yang murni, tanpa tercampur apapun. Dalam hal ini maksudnya, didalam menjalankan amal ibadah apa saja harus disertai ikhlas tanpa pamrih apapun. Baik pamrih ukhrowi lebih-lebih pamrih duniawi, baik pamrih yang bersifat moral/batin lebih-lebih pamrih dalam bentuk material. Ibadah apapun, baik dan tidak berhubungan dengan Allah Wa Rosulihi SAW maupun yang berhubungan didalam kehidupan bermasyarakat, terhadap sesama makhluk pada umumnya.

Sedangkan disini ikhlas sendiri terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : Pertama; Ikhlaashul-Aabidiin. Yaitu ikhlasnya golongan orang ahli ibadah. Menjalankan ibadah dengan mengharap imbalan pahala, ingin surga, takut neraka, dan sebagainya. Semangatnya, tekunnya, rajinnya dalam beribadah akan tetapi didorong oleh keinginan-keinginan atau pamrih seperti itu tadi. Seandainya Allah tidak menjadikan surga dan neraka, lantas apa lagi yang diharapkan dan menjadi pendorong semangatnya ibadah manusia ? Lebih negatifnya lagi jika timbul perasaan dan pengakuan diri mempunyai kemampuan dapat melakukan ibadah. Sebab dengan demikian akan mendorong kita menjadi pribadi yang takabbur, riyak, ujub dan sebagainya.

Kedua; Ikhlaashuz-Zahidiin. Yaitu ikhlasnya ahli zuhud (orang yang bertapa). Ada juga yang menyebutnya Ikhlaashul-Muhibbin. Yaitu ikhlasnya orang-orang yang ahli mahabbah. Menjalankan amal ibadah dengan ikhlas tanpa pamrih, tidak karena ingin surga dan tidak karena takut neraka. Tetapi bahayanya yaitu masih mengaku atau merasa mempunyai kemampuan dapat melakukan ibadah sendiri sudah paling baik, paling ikhlas, paling mulus semata-mata karena Allah. Dan ketika sudah ikhlas seperti ini harus diitingkatkan menjadi ikhlas yang ketiga; Ikhlaashul-Aarifiin. Mengerjakan ibadah semata-mata hanya menjalankan perintah Allah tidak karena menengok pahala yang nanti kita dapatkan atau inginkan di surga ataupun takut dengan adanya neraka. Ikhlas yang betul-betul ikhlas Lillahi Ta’ala tanpa pamrih suatu apapun.

bekerja

Baca juga :

Jadi sudah teramat jelas dijelaskan bahwa yang dinamakan ikhlas yaitu tidak merasa ikhlas (meninggalkan ikhlas) didalam keadaan berikhlas. Meninggalkan ikhlas yang artinya tidak merasa dirinya berbuat ikhlas, melainkan merasa billah. Dalam keadaan ikhlas artinya sungguh lillah, tidak ingin surga atau takut neraka. Nah, dari sinilah dengan ragam manusia yang berbeda watak dan kebiasaan bukan suatu hal yang bising untuk di dengarkan atau lagi-lagi diceritakan perihal pentingnya penanaman ikhlas dan tulus di dalam hati.

Banyak diantaranya dari lingkungan yang sering kita jumpai, bahkan dari diri pribadi kita yang terkadang masih merasa melakukan suatu hal dengan sengaja atau tidak masih berdasarkan pamrih. Sedangkan bukan suatu hal yang tak mungkin dalam hati kita secara tidak langsung akan terbesit pertanyaan “Sudahkah hati kita tulus?” “Sudahkah hati kita ikhlas?” atau akan menjadi sebuah pengakuan, “Iya. Saya sudah ikhlas.” Lantas akan ada banyak orang berteriak, “ini milik saya”, “ini jerih payah saya”, “ini ibadah dan amal saya” dan akan terus seperti itu ceritanya jika dalam hati tidak tertanam keikhlasan, ketulusan didalamnya. Bukan, bukan itu semua yang kita cari.

Di usia bumi yang sudah tak lagi muda, bukan masanya manusia untuk berlomba dan mencari pengakuan dunia. Bukan juga untuk bersemangat mencari pahala tetapi salah menata niat pada hatinya. Semua hanya akan mengubah setiap sujud kita menjadi penilaian dan setiap apa yang menjadi pekerjaan kita akan bernilaikan uang. Bukankah begitu ?

Mari terus meluruskan niat untuk terus melakukan sesuatu karena Allah dan untuk Allah. Dengan begitu segala bentuk ibadah yang kita lakukan dan kerja-kerja kita yang lelah akan bernilai lillah. Begitupun didalam bekerja, orang yang ikhlas dan tidak sejatinya sama-sama akan merasakan lelah, sama-sama menghabiskan waktu, sama-sama mengeluarkan tenaga. Namun, mereka yang ikhlas, kerja-kerja dunianya akan bernilai langit. Balasan kebaikannya melebihi apa yang bisa manusia lakukan. Karena Tuhan langsung yang memberikan balasan. Kuncinya, sambungkan hati ke langit. Sebagaimana ibnu Qoyyim Al Jauziyah katakan : “Dia yang hatinya tersambung ke langit, kebiasaannya bernilai ibadah. Dia yang hatinya terikat ke bumi, ibadahnya bernilai kebiasaan.”

Demikian sedikit coretan tentang kerja dunia bernilai langit. Terimakasih sudah berkenan membaca artikel ini. Seperti halnya menjadi pembelajar, baik penulis atau pembaca tidak lain tidak bukan sudah menjadi tugas manusia sepanjang hayat; “tholabul ‘ilmi minal mahdi ilal lahdi” tuntutlah ilmu dari buayan hingga liang lahat, begitu sabda Rasulullah kepada umatnya. Semoga nantinya coretan ini berkesan tidak hanya dihati pembaca, melainkan juga sebagai pengingat pentingnya ketulusan (keikhlasan) dalam setiap apapun yang kita lakukan. Sebab amal ibadah itu (hanya) sebagai gambar hidup yang berdiri dan jiwanya adalah wujudnya rahasia ikhlas di dalamnya. Semoga memberikan manfaat ‘ilmu di dunia dan akhirat. Semangat beribadah, semangat bekerja, semangat kembali menata hati semata karena Allah dan untuk Allah.

Demikian sedikit coretan kami tentang sebuah Pekerjaan Dunia Yang Bernilai Langit semoga bermanfaat bagi para pembaca, kurang lebihnya kami minta maaf bila mana ada kesalahan yang tidak kami sengaja.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuuh.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here